Alkisah di sebuah desa yang subur dengan banyak kebun jagung dan ilalang yang menghijau, hiduplah Pak Tua miskin dengan seekor kucingnya. Tinggal disebuah gubuk reot yang sudah sangat tua. Beralaskan tanah beratapkan genting yang pecah dan bocor. Sendiri di masa tuanya, tanpa anak tanpa cucu tanpa sanak saudara dan istri tercinta. Anak semata wayangnya telah lama pergi merantau ke kota metropolitan. Sedang istrinya sudah sangat lama meninggal karena sakit. Sanak saudaranya jauh di desa sebrang sana. Hanya ada beberapa tetangga yang rumahnya berjarak beberapa meter dari gubuk reotnya. Setiap harinya hanya ada si Meong yang selalu setia menemani pak tua di rumahnya.
Kucing jantan dengan warna bulu belang kecoklatan dengan ekor yang panjang selalu mengikuti pak tua kemanapun pak tua itu pergi. Ke kebun jagung kepasar untuk menjual hasil panennya atau hanya duduk-duduk di tepian sungai di ujung desa sana hanya untuk menangkap ikan-ikan kecil yang kadang muncul ke permukaan air sungai yang jernih. Si Meong laksana ajudan kecil selalu setia berjalan di samping pak tua, menyusuri setiap jalanan setapak yang penuh rumput yang tinggi. Kadang meringkuk lucu di dekat pak tua yang sedang melepas lelah atau kadang mengeong nyaring tanda ia kelaparan. Dan pak tua tak kan segan berbagi ikan hasil tangkapannya dengan sahabat kecilnya itu.
Dua tahun yang lalu si meong yang malang itu pak tua temukan sedang meringkuk kesakitan di kebun jagung. Badannya penuh luka cabikan, tampaknya akibat perkelahian dengan sesama kucing yang ganas dan lebih kuat darinya. Karena iba melihat si meong yang kesakitan tak berdaya, dibawalah kucing itu kerumah pak tua. Dengan tulus pak tua itu merawatnya hingga lukanya benar-benar sembuh. Beberapa minggu kemudian setelah luka si meong sembuh ia bebas pergi kemana saja. Sejak saat itu si meong sering berkunjung ke rumah pak tua. Karena kebaikan hati pak tua yang sering memberi makan akhirnya kucing itu tinggal bersama pak tua. Entah di siang hari ataupun malam hari. Hanya sesekali saja si meong pergi jauh dari rumah pak tua untuk mencari makan bila di rumah pak tua tak ada makanan, atau pergi berkumpul bersama teman-temannya.
Jika malam mulai larut si meong sering duduk di samping pak tua yang duduk seorang diri sambil memandang ke luar jendela. Sesekali pak tua melantunkan langgam jawa yang menyentuh hati sambil matanya menerawang ke arah bintang-bintang di luar sana. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkin nasibnya kah, nasib anaknya kah atau kerinduan kepada sang istri tercinta yang telah lama ada di alam yang berbeda. Si meonglah pendengar setia dari setiap lagu-lagu yang dinyanyikan pak tua itu. Sesekali si meong memejamkan matanya seolah ikut merasakan suasana sendu di malam itu, atau kadang mengibas-ngibaskan ekornya sambil tidur meringkuk atau duduk sama seperti paktua memandang ke luar jendela sana. Ya mungkin saja si meong juga merasakan hal yang sama dengan pak tua yang kesepian karena hidup sebatang kara. Jika pak tua itu tidur, si meong mengikutinya. Berbaring di sampingnya di sebuah dipan tikar pandan yang keras. Melewati setiap malam yang sunyi sepi sendiri dengan bola lampu yang begitu redup tak berenergi.
Malam itu, pada sebuah malam yang tampak padanya sebuah bulan sabit di akhir musim penghujan yang panjang. Ada yang berbeda dari raut wajah pak tua. Sambil melantunkan langgam jawa favoritnya ia menitikan air mata. Sesekali ia memegang dadanya yang sangat kurus itu seolah menahan sakit yang tak biasa. Sesekali pula ia mengelus-elus kepala si meong hal itu biasa dilakukan jika pak tua memberi makan si meong, tapi kala itu sangat jarang terjadi. Biasanya saat berlanggam pak tua hanya fokus pada lagu dan lamunannya saja tak pernah ia menyadari kucingnya itu setia menemaninya duduk di dekat kursinya. Dan tak biasa dari hari-hari biasanya paktua terjaga sepanjang malam. Hingga membuat si meong tertidur di dekat kursi tempat pak tua biasa memandang bintang di luar jendela sana.
Malampun telah berlalu dengan begitu cepatnya, saat membuka mata si meong masih melihat pak tua itu duduk di kursi miliknya. Duduk dengan mata tertutup seolah tidur dengan amat nyenyak. Matahari mulai beranjak naik, namun si meong masih melihat pak tua belum juga beranjak dari tempatnya semalam. Si meong terus mengeong-ngeong dengan nyaring perutnya yang buncit tak bisa menahan lagi hasrat laparnya yang begitu menyiksa. Namun suara kucing itu tak juga membuat pak tua beranjak dari tempatnya. Karena putus asa akhirnya si meong mencari sendiri makanan di dapur. Namun tak ada ikan di sana, hanya ada beberapa kantong garam dan jagung mentah. Dengan terpaksa kucing kecoklatan itu pergi ke luar rumah, menyusuri jalanan desa setapak demi setapak untuk mencari makanan di sana.
Saat senja mulai tiba kucing itu kembali ke rumah pak tua. Tapi ia merasa aneh karena banyak sekali melihat kerumunan orang di sana. Namun yang membuat lebih aneh lagi ia tak melihat pak tua di rumahnya. Keesokan harinya, rumah pak tua kosong tak berpenghuni. Itu membuat si meong semakin heran. Ia hanya bisa mengeong-ngeong lirih. Waktu kian berlalu hal yang sama selalu si meong temui ketika berkunjung ke rumah pak tua. Kosong tak berpenghuni gelap penuh debu. Tak ada lagi pak tua yang baik hati yang selalu memberikan makan untuknya. Tak ada lagi langgam merdu pak tua yang menyayat hati. Tak ada sentuhan lembut dari tangan-tangan yang penuh kerja keras.
Kini si meong harus hidup seorang diri mencari makan sendiri. Ia masih tak tahu apa yang terjadi dengan pak tua itu. Namun ia masih ingin meringkukkan badannya di sebuah dipan tikar pandan milik pak tua yang semakin lama semakin rapuh dan kotor tak ada yang merawatnya. Ia juga masih sering duduk memandang ke luar jendela seperti yang ia lakukan dulu bersama pak tua, seolah ia merindukan saat-saat ia menemani pak tua yang seorang diri. Si meong : “Aku tak tahu apa yang terjadi dengan pak tua, kemana ia pergi, tapi aku ingin suatu hari nanti bisa bertemu lagi dengan pak tua yang baik hati. Aku ingin mendengarkan langgam-langgamnya lagi, menemaninya ke kebun, memancing di sungai, pergi ke pasar. Aku juga ingin menjadi temannya yang setia menemaninya yang hidup sebatang kara” .
Dengan keterangan Sbb :
1.Durasi tiap video minimal 8 menit dan boleh lebih. Semua bahan video dan gambar dari saya anda tinggal download aja
2.Voice Over dari anda suara manusia asli bisa suara cewek atau cowok bukan dari suara robot google
3.memberiman Subtitle / teks divideo sesuai suara yg diucapkan
4.hasil editing video posisi landscape full layar
5.tidak melanggar peraturan youtube
PEKERJAAN INI SAYA DEADLINE 3 HARI SAYA ULANGI 3 HARI KENAPA SAYA BUAT CEPAT ??? KARENA AKAN SAYA BUATKAN PROJECT DAN PEKERJAAN BARU LAGI DICARI YANG BENAR-BENAR PROFESIONAL DAN BERTANGGUNG JAWAB MENGERJAKANNYA TEPAT WAKTU
bagi yang sudah lulus smk atau fresh graduate atau bagi kamu yang sedang kuliah dan ingin mencari pekerjaan sampingan atau yang sedang mencari pengalaman multimedia di industri entertaiment boleh banget
Ini project jangka panjang dan berkelanjutan apabila pekerjaan ini bagus kedepan akan langganan order sekitar 100 video lagi tentang kucing dengan tema yang sudah saya siapkan.terima kasih atas perhatiannya silahkan bid