Kucing Buntung Yang Malang
Add Comment
Mereka menyebutku kucing buntung yang malang
Dua kaki depanku hilang karena dipotong orang
Kini aku menahan sakit yang bukan kepalang
Aku tak tahu mengapa orang itu menyakiti diriku
Aku hanya seekor kucing
Yang kutahu aku akan mencari makan jika perutku lapar
Apa salah dan dosaku
Aku hanyalah seekor kucing
Mendung bergelayut dikota sleman hari itu. Namun mendung seolah tak sampai kepada ribuan manusia yang masih tenggelam dalam hingar bingar aktifitas padat pagi itu. Semua sibuk sendiri hanya sibuk melihat diri mereka sendiri. Di sebuah tempat yang sempit penuh dengan rumput yang kering seekor kucing buntung terus mengeong menahan sakit. Tubuhnya lemah tak berdaya. Dua kakinya di potong orang, entah karena alasan apa orang itu tega menghilangkan bagian tubuh dari seekor binatang yang lemah. Tidakkah ia pernah mendengar bahwa manusia bisa mendapatkan balasan surga jika ia menolong kehidupan seekor binatang, dan pula sebaliknya akan mendapatkan siksa neraka jika ia mengurung binatang tanpa memberi makan menyiksa dan menganiaya binatang tersebut. Ah... mungkin dia sudah tak butuh surga lagi dan sudah kebal dengan neraka. Mungkin hatinya sudah tak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang salah. Atau mungkin kalbunya digerogoti setan-setan jahanam karena terlalu congkak dan sombong atas kekuatan dan keberanian diri. Mungkin Tuhan sudah mencabut rasa belas kasih darinya karena orang itu terlalu rakus akan dunia dan tak pernah ingat bahwa suatu hari nanti ia juga akan mati menjadi bangkai busuk yang tak berarti.
Aku kucing yang malang. Sudah berhari-hari aku terbaring lemah di sini. Berharap ada sekeping hati yang iba melihatku seperti ini. Mencoba mengerahkan sisa tenaga yang kupuya untuk mengeong berharap ada manusia baik hati yang mendengar suara jeritanku ini. Melihat kesana-kemari masih semua orang tak ada yang peduli. Kadang melirik saja lalu pergi, kadang acuh seolah mereka tak mendengar suaraku, kadang jijik dan tak ada yang ingin mendekatiku yang hampir sekarat. Panas hujan silih berganti, siang malam datang menyelimuti, namun tak kunjung jua Tuhanku mengirimkan malaikat penolongku. Sungguh rasanya aku ingin menyerah. Tubuhku semakin lemah dan lemah. Lukaku mulai berbelatung dan pandanganku mulai hilang tertelan pedihku. Ah... mungkin setelah ini aku akan mati menyatu dengan tanah. Tanpa seorangpun yang tahu.
Perlahan aku membuka mata, kurasakan ada perban di lukaku. Sungguh tempat yang aneh aku tak tahu dimana ini. Mungkinkah ini di surga. Kulihat seseorang berjas putih sedang merawatku. Membuat aku merasa nyaman dan aman. Rasa sakit mulai berkurang kurasa dan tubuhku sedikit bertenaga. Ku dengar beberapa mereka saling bercerita. Ada seorang baik hati menemukanku di wijilan sana. Lalu dengan segera membawaku ketempat ini. Ku dengar mereka juga ingin mengoperasi kakiku yang buntung, jika nanti dana yang dikumpulkan oleh beberapa pecinta kucing sudah terkumpul. Hatiku basah, masih ada manusia yang sangat peduli padaku. Bukan hanya mau menolongku, namun juga mau mengoperasi kakiku. Padahal aku hanya seekor kucing yang tak berarti. Tak membuat manusia kaya dan tak bisa membuat manusia kenyang.
Aku seekor kucing yang malang. Kini hanya bisa berbaring tak berdaya di atas tempat yang manusia sebut sebagai ranjang. Mungkin seumur hidupku akan terus begini. Tak bisa berjalan lagi, tak bisa berlari lagi. Aku hanya akan duduk termangu saat teman-temanku berlarian berkejaran mengejar tikus atau bermain bersama. Aku tak bisa lagi pergi ke tempat yang jauh jika ada sekelompok orang yang menendangku atau mengusirku hanya karena aku lapar. Aku tak bisa lagi melompat naik ke atap yang tinggi untuk bersembunyi atau sekedar mengintai tikus-tikus gemuk yang berkeliaran. Aku tak bisa lagi..... Aku tak bisa.
Aku heran dengan manusia mengapa mereka begitu membenciku hingga sampai hati tega menyakitiku. Padahal jika mereka tak suka dengan keberadaanku atau mengusirku aku akan pergi. Aku akan takut jika mereka menggebukku. Aku akan lari terbirit-birit jika mereka menyiramkan air kepadaku. Aku memang kadang nakal suka mencuri ikan dan masuk kerumah diam-diam. Kadang mengotori sofa bagus mereka kadang mengotori lantai mereka yang mengkilap. Yang lebih parah kadang mencuri jatah makanan mereka.Tapi kulakukan semua itu kadang karena terpaksa, karena aku lapar. Aku butuh makan agar bisa bertahan hidup.
Kadang aku mengira jika aku membantu manusia menangkap tikus-tikus liar yang menjadi hama bagi mereka, aku akan diperlakukan dengan adil. Tapi pikiranku salah selama ini, mereka menganggap aku sama saja seperti tikus. Mengganggu perlu dibasmi dan dibinasakan. Jika dunia ini tak aman lagi untukku lalu kemana aku akan pergi. Semoga masih ada manusia yang baik hati yang memperlakukan kami dengan baik. Dan semoga saja masih ada manusia yang tulus ikhlas mau merawat kucing buntung sepertiku yang tak bisa lagi mencari makanannya sendiri.