Salam
Ibu saya mengatakan bekerjalah sesuai hobi kita, sedangkan ibu mertua menyarankan cintailah pekerjaan kita. Benar sekali, ketika mencintai pekerjaan atau menjadikan hobi sebagai sumber pendapatan, semua akan menjadi ringan dan hasil lebih maksimal. Dan hobi saya, menulis dan kepo.
Kecintaan akan menulis saya mulai dengan memilih pendidikan Ilmu Komunikas Fisip Unair. Kurang afdhol rasanya bila tak ditambah beraktifitas di Pers Mahasiswa Retorika. Lembaga kegiatan mahasiswa ini telah berhasil menelurkan jurnalist handal seperti Yopie Hidayat dan Wahyu Dyatmika. Tak tahu siapa mereka? Googling saja.
But anyway, akhirnya nasib berbaik hati dengan saya saat terpilih menjadi wartawan Tempo di akhir 2011 lalu. Tiga bulan pertama, saya bergelut di dunia kriminal dan isu perkotaan. Sukses melihat bandeng (mayat) setiap bulan. Tiga bulan kedua, dunia ekonomi tentang finansial dan BUMN harus saya pelototi demi menghasilkan tulisan yang layak.
Selanjutnya, bidang Kesejahteraan Rakyat perlu saya beritakan selama setahun. Di desk ini ada materi yang bisa saya tulis mulai kesehatan, pendidikan, sosial, tenaga kerja, agama, perempuan, anak, dan lainnya. Setahun berikutnya, pos liputan saya ada DPR dan partai politik. Saya juga sempat mencicipi profesi sebagai wartawan istana selama tahun 2014.
Hingga akhirnya, saya resign dari Tempo setelah menikah. Saat ini, saya bergabung dengan PT Bamboedoea Pelita Reputasi sebagai Konsultan PR dan Media. Masih ada porsi menulis meski tak sebanyak dulu. Di project.co.id, saya berharap ruang menulis lebih banyak lagi.
Salam.